Benarkah Mitos tak Boleh Berbaju Hijau di Pantai Parangtritis?
Menyebut Yogyakarta akan membawa angan-anganmu tertuju pada Pantai Parangtritis, ‘tul nggak? Meski kini pantai baru di sekitar Yogyakarta seperti Pantai Indrayanti sedang naik daun, tapi imej Pantai Parangtritis seperti tak tergoyahkan dan kehilangan daya tariknya.
Pantai Parangtritis Yogyakarta, pantai yang merakyat
Buat sebagian wisatawan, Pantai Parangtritis yang ada di 25 km arah selatan Kota Yogya memiliki panorama alam yang tak dimiliki oleh pantai-pantai lain di sekitarnya. Setelah membayar tiket masuk seharga 4 ribu rupiah per orang, kamu bisa menebarkan pandanganmu ke laut lepas sambil menikmati es kelapa muda yang banyak dijajakan di warung kaki lima sekitar pantai, atau bermain pasir bersama teman-teman.
Kamu juga bisa menyewa kereta kuda atau kuda saja tanpa kereta untuk membawamu jalan-jalan dari Pantai Parangtritis sisi timur hingga barat. Nah sambil berkuda kamu bakal melihat bahwa Pantai Parangtritis dikelilingi barisan bukit karang yang cukup tinggi, seakan siap melindungi daratan Yogya Selatan dari gempuran gelombang tsunami, yang santer digosipkan akan menerjang Yogyakarta beberapa tahun silam.
Spot wisata yang sekarang lagi ngehits di Pantai Parangtritis adalah Bukit Gupit, alias Bukit Paralayang, travelers. Ngeliat dari namanya aja kita dah tahu, pasti bukit ini nggak jauh-jauh amat dari aktivitas olahraga ekstrim paralayang.
Ya, travelers, spot wisata baru yang ada di sisi timur Pantai Parangtritis ini pertama kali ‘ditemukan’ oleh para penggiat paralayang. Bukit kecil ini juga pernah jadi host buat event tahunan Jogja Air Show 2014 lho, travelers. Asiknya lagi, kamu nggak perlu keluar duit lagi untuk tiket masuk buat menikmati pemandangan Pantai Parangtritis dari ketinggian, atau nungguin sunset yang konon luar biasa indah di Bukit Gupit ini.
Nyai Roro Kidul dan Legenda Pantai Parangtritis
Ada kalanya Pantai Parangtritis nggak secantik dan setenang foto-fotonya yang banyak bertebaran di internet, travelers. Di saat-saat tertentu ombak Pantai Parangtritis mendadak ganas, menyeret para turis yang terlalu asik bermain air dan nggak waspada dengan keadaan di sekelilingnya.
Masyarakat setempat yakin para turis itu telah ‘diambil’ oleh Nyai Roro Kidul, roh halus dalam Legenda Pantai Parangtritis, untuk dijadikan pengawalnya jika ia laki-laki dan dayangnya jika perempuan. Kemungkinan besar para turis ini telah berbuat sesuatu yang dianggap pantangan buat siapapun yang berkujung ke Pantai Parangtritis, salah satunya memakai pakaian berwarna hijau karena warna hijau diyakini adalah warna kesukaan Nyai Roro Kidul.
Mungkin kamu bertanya-tanya siapa sih Nyai Roro Kidul itu? Kenapa ia tega banget mengambil nyawa orang tanpa belas kasihan? Tunggu dulu, travelers. Sebelum men-judge Nyai Roro Kidul sebagai biang tewasnya para turis malang di Pantai Parangtritis, ada baiknya kamu berkenalan dengan sosok legendaris yang menurut para ahli alam gaib berparas rupawan.
Dahulu kala, ada 7 bidadari turun ke dunia manusia untuk mandi di sebuah air terjun (yang sekarang dikenal dengan nama Air Terjun Bidadari di Sentul, Bogor). Saat itu melintaslah seorang pemuda tampan bernama Jaka Tarub dan secara nggak sengaja melihat para bidadari yang sedang mandi itu, travelers.
Jaka Tarub masih single dan ia pengen banget menjadikan satu bidadari sebagai istrinya. Tapi ia malu menyatakan perasaannya, karena ia cuma rakyat jelata dan pasti si bidadari akan menolaknya.
Dorongan nafsu lelaki menghasut Jaka Tarub untuk berbuat curang, travelers. Ia mengambil pakaian salah satu bidadari, lalu menunggu sampai mereka semua selesai mandi. Benar saja, seorang bidadari yang paling cantik menangis sendirian karena ditinggalkan 6 bidadari lainnya kembali ke kahyangan. Ia nggak bisa pulang karena pakaiannya udah hilang.
Munculah Jaka Tarub dari semak-semak dan bilang akan menolong si bidadari cantik kalo ia mau menjadi istrinya. Dewi Nawangwulan, nama bidadari cantik itu, terpaksa menyetujui syarat Jaka Tarub. Singkat cerita, Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan menikah lalu memiliki anak bernama Nawangsih.
Suatu hari, Dewi Nawangwulan secara nggak sengaja menemukan pakaian bidadari yang disembunyikan Jaka Tarub dan segera memakainya buat kembali ke kahyangan. Tapi para dewa penguasa kahyangan menolaknya karena ia sudah disentuh oleh bangsa manusia.
Dewi Nawangwulan merasa sedih dan bingung. Ia tak mau kembali pada Jaka Tarub yang telah membohongi dirinya selama bertahun-tahun karena tak mau berterus terang bahwa dialah yang mencuri pakaian bidadarinya.
Dewi Nawangwulan kemudian duduk termangu di tepi Pantai Parangtritis, meratapi nasibnya yang kurang beruntung. Di tengah kegalauannya itu mendadak seorang wanita cantik dan anggun muncul di depannya, travelers. Ia menyebut dirinya sebagai Ratu Kidul, penguasa Laut Selatan, dan ia mengajak Dewi Nawangwulan tinggal di kerajaannya.
Dewi Nawangwulan merasa bahagia karena menemukan seseorang yang sama sepertinya. Ia tersenyum dan mengikuti Sang Ratu Kidul berjalan menuju dasar Laut Selatan. Sejak saat itu Dewi Nawangwulan dikenal dengan sebutan Nyai Roro Kidul, abdi setia Kanjeng Ratu Kidul.
Legenda Sang Nyai bukan hanya dikenal oleh warga Pantai Parangtritis dan sekitarnya, travelers. Sosok ini juga populer di kalangan seluruh masyarakat yang tinggal di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa, dari Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi sampai Pantai Ngliyep Malang Selatan.
Sebenarnya, keganasan ombak Pantai Parangtritis itu terjadi bukan karena Nyai Roro Kidul sedang cari pengawal atau dayang, travelers. Selain indah, ternyata Pantai Parangtritis juga mematikan akibat adanya rip current, atau arus balik yang terjadi bawah permukaan air laut.
Menurut Kepala Geospasial Parangtritis I Nyoman Sukmantalya, arus balik Pantai Parangtritis sangat kuat karena berkecepatan 80 km per jam, travelers. Arus balik ini terbentuk dari akumulasi gelombang yang datang lalu membentur dinding palung Pantai Parangtritis dan kembali lagi ke laut lepas dengan kekuatan berlipat.
Sedangkan palung yang terdapat 700 meter dari bibir Pantai Parangtritis jumlahnya bisa berubah-ubah akibat pergeseran lempeng benua. Misalnya aja Lebaran 2014 kemarin. Saat itu Pantai Parangtritis lagi padat pengunjung dan tim SAR mengaku telah mendapatkan foto satelit yang menunjukkan bertambahnya palung Pantai Parangtrits dari empat menjadi limabelas, yang mau nggak mau membuat tim SAR musti meningkatkan kewaspadaan.
Kalo emang Nyai Roro Kidul enggak jahat, kenapa kita nggak boleh pake baju hijau? Air laut di sekitar Pantai Parangtritis aslinya berwarna kehijauan, travelers dan itu akan membuat orang yang terseret arus susah ditemukan jika memakai baju warna hijau.
Trus jaman dulu itu ‘kan belum ada radio atau televisi jadi nenek moyang kita yang tinggal di sekitar Pantai Selatan menghibur anak-anak kecil dengan dongeng semacam Legenda Nyai Roro Kidul, sekaligus sebagai pelajaran agar anak-anak nggak bermain terlalu jauh ke pantai karena ombaknya besar dan sering memakan korban.
Kalo gitu Nyai Roro Kidul itu ada atau nggak ada? Hanya Tuhan saja yang bisa menjawabnya, travelers.
Cara berkunjung ke Pantai Parangtritis
Dibandingkan Pantai Indrayanti atau Pantai Baron, Pantai Parangtritis lebih mudah dijangkau karena kamu cukup berkendara dari pusat kota Yogyakarta ke arah selatan. Cari aja Jalan Parangtritis dan ikutilah jalan itu lurus aja nggak usah belok-belok. Setelah satu jam naik sepeda motor atau mobil kamu akan disambut oleh Pantai Parangtritis di ujung jalan itu.
Pantai Parangtritis juga gampang dicapai dengan angkutan umum. Kamu hanya perlu menumpang bus jurusan Terminal Giwangan Yogyakarta-Parangtritis, naik dan pilih kursi yang paling nyaman, tidur-tiduran sebentar, sampai deh di Pantai Parangtritis.
Trus hotel mana aja sih yang cocok buat turis backpacker macam kita-kita ini? Hubungi Pegipegi.com aja deh sekarang, dan kami siap membantumu memilih dan memesan kamar di hotel sekitar Yogakarta yang sesuai dengan bujetmu.
Leave a Reply